Jumat, 28 Agustus 2015

Another Live

Kalian tahu, tentang semua kehidupan yang ada di alam semesta yang luas ini? Atau mungkin apakah kalian tahu, semua tentang kehidupan di dunia ini? Seseorang, memberitahuku tentang kehidupan.
Hari baru telah tiba. Burung-burung seakan menyambut hari baru yang indah ini dengan kicauannya yang merdu. Dan kicauan-kicauan itu membangunkanku. Seperti biasa, aku selalu memulai hari-hariku dengan melihat burung-burung yang sedang bernyanyian di atas pohon lalu berterbangan kesana-kemari yang kulihat dari jendela kamarku.
Aku selalu ingin seperti mereka. Terbang bebas. Tapi kurasa tak ada manusia yang mempunyai sayap, kecuali dalam film-film fantasi atau semacamnya. Setelah sekian lama memandangi mahkluk terbang itu, aku pun bersiap-siap untuk pergi mandi dan sekolah.
Di sekolah pada jam istirahat. Aku duduk di sebuah bangku di taman sekolahku sembari memandangi sebuah kebun kecil yang ditanami bunga-bunga indah berwarna-warni dan juga dikelilingi oleh kupu-kupu dengan warna sayapnya yang begitu indah.
“Terkadang seseorang yang begitu sibuk dengan kegiatannya sendiri, tak pernah mennghiraukan keadaan di sekitarnya.” Ujar seorang perempuan dengan rambut terurai dan pendek yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku.
Aku sedikit terkejut saat melihat seorang perempuan yang memakai seragam sekolah yang sama sepertiku tiba-tiba ada di sampingku dan berkata seperti itu.
“Ka-kau siapa?” aku sedikit gugup. Sebuah senyuman kecil mulai terlukis di wajahnya.
“Namamu Fendy bukan?” tanyanya.
Sontak aku begitu terkejut saat mendengarnya. Aku begitu bingung, bagaimana caranya perempuan ini mengetahui namaku, sedangkan aku tak tahu namanya. Saat aku akan bertanya kepada perempuan itu.
“Jangan tanyakan kenapa aku mengetahui namamu!” ujar Perempuan itu seakan mengetahui apa yang akan kukatakan.
“Aku diberitahu oleh sebuah bisikan dari kehidupan lain.” sambung perempuan itu
“Makudmu? Kehidupan lain?” tanyaku.
“Ya. Kupu-kupu itu! Mahkluk terbang itu!” Perempuan itu mulai mengangkat tangannya sembari menunjuk kupu-kupu yang paling besar dan indah daripada yang lainnya. Tatapan tajamnya itu juga mengarahkan pandanganku menuju kupu-kupu itu.
Tak lama setelah itu, kupu-kupu cantik itu mendekat ke arah perempuan itu dan hinggap di pundaknya. Aku sedikit tertegun begitu melihat kupu-kupu hinggap di pundak perempuan itu yang seakan perempuan itulah yang memanggil kupu-kupu.
Di sisi lain, perempuan itu sedang dibisiki sesuatu oleh kupu-kupu cantik itu. Bisikan halus dari kupu-kupu itu berbunyi.
“Hei, aku membawamu ke sini karena kau akan bertemu dengannya dan hanya dia yang percaya denganmu!” kupu-kupu itu membisiki perempuan itu dan berlalu menuju taman kecil yang mungkin tempat tinggalnya.
Perempuan itu tiba-tiba menatapku. Tatapannya begitu tajam, sampai membuatku terdiam terpaku.
“Apakah kau percaya denganku?” tanya perempuan itu dengan tatapan tajamnya.
“I..iya, aku-aku percaya kepadamu!” ujarku sedikit gugup dan memalingkan wajahku. Tak lama setelah itu, aku menoleh ke arah perempuan itu. Tetapi, perempuan itu tiba-tiba telah menghilang entah kemana. Aku menjadi sedikit bingung. Siapa sebenarnya perempuan itu?
Keesokan harinya. Hari ini sama seperti sebelumnya. Burung-burung berkicau, desiran angin pagi yang sejuk dan suasana pagi hari lainnya, sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Tetapi, ada satu hal yang membuat pagi ini menjadi pagi hari yang berbeda.
Saat aku sudah berada di depan rumah dan hendak pergi ke sekolah, aku melihat perempuan itu keluar dari rumah yang berada tepat di samping rumahku. Langkahku pun tiba-tiba terhenti. Tak kusangka. Ternyata, perempuan itu adalah tetanggaku.
Aku mulai teringat oleh kata-katanya. “Terkadang, seseorang yang begitu sibuk dengan kegiatannya sendiri, tak pernah mennghiraukan keadaan di sekitarnya.” Mungkin perempuan itu sudah mengetahui bahwa aku adalah tetangganya.
Tak lama setelah itu, perempuan itu menoleh ke arahku. Perempuan itu tersenyum kepadaku dan berjalan menuju sekolah. Beberapa langkah berselang, aku berteriak kepada perempuan itu.
“Hei!” perempuan itu langsung menoleh ke arahku.
“Hei, jangan bingung. Aku bukan dari sana!” ujar perempuan itu sedikit ketus.
“Aku bukan dari sini, hanya kau yang tahu aku. Setelah jam istirahat, datanglah ke tempat kita bertemu kemarin. Aku akan memberitahumu tentang sesuatu!” lanjut perempuan dan berlalu.
Perempuan itu benar-benar aneh. Aku begitu penasaran, siapa sebanarnya dia?
Pada jam isirahat sesuai permintaan perempuan itu, aku pun pergi ke tempat kita sempat bertemu kemarin. Saat sudah sampai di sana, aku pun melihatnya sedang duduk dengan tiga ekor kupu-kupu mengelilinginya. Ia terlihat tertawa riang bersama tiga kupu-kupu kecil nan cantik itu. Tanpa menunggu lagi, aku pun menghampirinya dan duduk di sampingnya.
Baru saja aku duduk, tiga kupu-kupu kecil yang tadinya mengelilingi perempuan itu pergi ke kebun kecil dan hinggap di sebuah bunga mawar merah.
“Ada apa?” tanyaku ketus.
“Hei, apakah kau tahu siapa aku?” tanya perempuan itu membingungkanku. Aku pun menggelengkan kepalaku.
“Kau memang aneh! Kenapa kau dengan begitu saja mempercayaiku? Padahal kau sama sekali belum mengenalku.” Ujarnya sambil tertawa kecil.
“Lalu, siapa namamu?” tanyaku.
“Bukan namaku yang perlu kau ketahui! Tapi, identitasku yang sebanarnya” kata perempuan itu.
“Kau tahu? Di kebun itu, ada sebuah kehidupan. Di mana banyak kupu-kupu hidup di sana. Dan, salah satunya adalah aku. Sekecil-kecil apapun sesuatu yang ada di dunia ini, pasti ada sebuah kehidupan di sana. Di kebun kecil itu, ada kehidupan lain.” Perempuan itu semakin membuatku kebingungan dengan ucapannya yang memang begitu membingungkan.
“Aku datang dan menemuimu bukan tanpa alasan. Tapi karena sesuatu. Kehidupan di sana terusik karena sesuatu. Jadi, tolong lindungilah kebun kecil itu!” aku benar-benar tak bisa mengerti apa yang dikatakan perempuan aneh ini.
“Maaf! Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau katakan!” ujarku sembari menatap kebun kecil itu. “Kebun itu tak ada yang mengurusnya. Sehingga, banyak orang memetik bunga di sana tanpa memikirkan kehidupan yang ada di sana. Dan juga, anak kecil yang jahil terkadang menangkap kupu-kupu di sana. kehidupan di sana tak akan tenang jika terus seperti itu. Setelah bunga-bunga yang ada di sana sudah hampir habis, mereka hanya diam tanpa melakukan tindakan apapun. Sebenarnya, kebun yang ada di sana tak sekecil itu. Dulu lebih luas. Kau pasti tahu karena apa. Aku hanya ingin kau menjaga kebun itu. Kau mengerti kan sekarang?” kata perempuan itu lirih.
Aku hanya diam. Aku mulai mengerti. Tetapi, aku masih tak mengerti kehidupan lain yang dimaksud olehnya. Aku pun hanya diam membisu tanpa menjawab apa-apa.
“Kau masih tak mengerti? Baiklah, tutup matamu!” ujar perempuan itu. Aku pun menutup mataku.
“Setelah tiga detik, buka matamu!” perempuan itu memerintahku lagi. Aku pun menuruti perintahnya.
Setelah kira-kira tiga detik, aku pun membuka mataku pelan-pelan. Tetapi, sosok perempuan yang tadinya duduk di sampingku, telah menghilang entah ke mana. Mataku pun melirik ke penjuru tempat itu. Berharap perempuan aneh itu datang dan kembali. Tapi, bukan perempuan itu yang datang. Tetapi seekor kupu-kupu dengan warna sayap berwarna biru dengan bintik-bintik berwarna putih dan sayapnya juga seakan berkilauan karena sinar matahari yang mengenai sayap indahnya itu.
Kupu-kupu itu mengelilingiku. Tiba-tiba kupu-kupu itu hinggap di pundakku.
“Hei, ini aku! Perempuan itu!” bisikkan lembut tiba-tiba terdengar di telingaku.
“Si-siapa itu?!” kataku sedikit berteriak.
“Aku ada di pundakmu! Ini aku!”
“Kau tahu? Aku datang dari rumah tetanggamu karena dulu, aku memang tetanggamu yang telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dulu, kau sama sekali tak mengenalku. Bahkan mungkin, kau tak pernah melihatku. Itu karena aku selalu saja berdiam diri di rumah sehabis sekolah. Tapi, itu mungkin juga karena kesibukanmu sehingga tak pernah menyadari apa yang ada di sekitarmu. Aku selalu melihatmu terkadang begitu sibuk dengan tugasmu. Jujur saja, aku tak tahu bagaimana caraku meninggalkan kehidupanku yang dulu. Aku tak yakin, aku sudah meninggal atau belum. Tapi yang jelas, kini aku sudah menjadi kupu-kupu. Dan inilah kehidupan baruku. Aku menemuimu dalam wujud sepertimu karena tujuanku hanya untuk memberitahumu tentang kehidupan yang terusik di sana. Di kehidupan baruku.” Jelas perempuan yang telah berubah wujud menjadi kupu-kupu itu.
Aku mulai mengerti. Ternyata kupu-kupu itu adalah perempuan yang sering kutemui di sini. Walau sedikit terkejut, tapi aku sudah cukup mengerti tentang hal ini.
“Baiklah, aku akan melindungi kebun itu dari tangan-tangan usil yang akan mengganggunya!” ucapku sembari tersenyum kepada kupu-kupu kecil yang masih hinggap di pundakku itu.
“Baiklah, terima kasih! Tolong, jagalah tempat tinggalku. Jangan biarkan tangan-tangan usil merusak tempat tinggal dan kehidupan yang ada di sana. Tepatilah janjimu itu, Fendy!” bisik kupu-kupu itu, dan terbang ke arah kebun kecil tempat tinggalnya.
Setelah kejadian itu, tiba-tiba seekor kupu-kupu besar yang pernah ditunjuk oleh perempuan itu hinggap di pundakku.
“Ketahuilah! Kami yang membawanya ke kehidupan kami. Sebenarnya kami menolongnya. Kami tak ingin dia mengakhiri hidupnya dengan cara yang tak pantas.” Aku tak terlalu mengerti dengan bisikkan kupu-kupu itu. Dan aku juga tak mempedulikannya.
Sesuai janjiku, aku akan selalu menjaga kebun itu. Aku berjanji, tak akan ada satu pun orang yang bisa merusak kebun kecil itu. Karena aku menghargai setiap kehidupan yang ada di dunia ini. Sekecil apapun itu. Kehidupan lain yang ada di kebun kecil itu, akan selalu kujaga.
Keesokan harinya. Aku pergi berkunjung ke rumah perempuan itu saat ia masih hidup. Walaupun tak begitu akrab dengan keluarganya tetapi aku mengaku sebagai teman dekatnya yang baru datang dari luar kota, agar tak dicurigai.
“Kenapa dia bisa meninggal?” tanyaku kepada Ibunya.
“Kila sudah meninggal sejak dulu. Tapi apakah dia sudah meninggal atau belum, itu belum pasti. Karena, dia menghilang dan tak ditemukan lagi. Saya berpikir ini adalah salah saya, karena selalu tidak mengijinkannya untuk pergi kemana-mana, sehingga ia hanya mengurung dirinya di rumah. Saya sangat menyayanginya, sehingga saya sangat khawatir terhadapnya.” Ujar Ibunya.
Sontak aku menjadi tertegun. Aku mulai mengingat kata-kata perempuan yang bernama Kila itu.
“Aku tak yakin, aku sudah meninggal atau belum.” Ucapan itu mulai terbayang di benakku.
“Mungkin saja, Kila sangat frustasi dengan tindakan saya” ucap Ibunya sembari meneteskan air mata yang mulai berjatuhan.
Kau tahu apa yang aku pikirkan? Aku memikirkan ucapan kupu-kupu besar yang pernah berbisik padaku.
Kurasa, aku mulai mengerti bagaimana cara Kila pergi ke kehidupan lain itu.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar